Senin, 18 Juni 2012

Berdoa Fajar mencerminkan betapa Anda mencintai Allah SWT

Praying Fajr reflects how much you love Allah the Almighty
__________________________________________________
 
A lot of Muslims nowadays neglect Fajr prayer as if they it was not there. That's why they pray it much later than its time. In addition, some of them pray it immediately before the Noon prayer. Others may never pray it even for compensation (Qaddaa). So why all this laziness against what Allah the Almighty deserves? Don't we proclaim that we love Allah the Almighty more than any thing else? Once one of us loves someone a true love, he will be willing to meet him. He may keep thinking of him most of the time. Once he has a date with him, he canNOT sleep until he meets the one he loves. So, do those lazy prayers who do not pray Fajr prayer really love Allah? Do they really respect His Orders? Are they willing to meet Him?.

The Prophet (pbuh) said: "There is no prayer more difficult to attend for hypocrites than Fajr and Ishaa. And if they knew what's in them (i.e. the good reward - thawab) they would attend them even if they had to come crawling." (Narrated by Bukhari)

Allah Almighty mentions that He disavows whosoever neglects the obligatory Salat. Besides, The Prophet (pbuh) said: "Do not ever leave Salat on purpose because whoever does so then he is disavowed by Allah and His Messenger." (Narrated by Imam Ahmad)

******Well....now what have I to do?

*Every one us should set an alarm clock to wake him for Fajr Salat daily.

*We should give Salat its status in our lives, and we should discipline our jobs according to the Salat regular times. (Unfortunately, we simply do the opposite!)

*We should sleep early and wake up for Fajr and then leave for work. Soon after Fajr, Allah distributes people's sustenance (Arzaq).

*Each one of us should seek a good companionship that would call to wake him at Fajr Salat. Moreover, they would help one another to adhere to such a good deed.

*We should keep on saying our nightly Duaa (that we say just after before going to sleep) asking Allah to help us do our Salat.

*To feel guilty if we missed a single obligatory Salat. Furthermore, we should vow never to repeat this big sin.

May Allah make us all be among those who truly love Him. May He give us sincerity in both words and deeds. (Ameen) Finally, whatever is right in this article then it is a gift from Allah. And whatever mistakes or shortcomings then they are due to myself or Shytan (Setan).
sumber : 
https://www.facebook.com/aminbanali.meean
https://www.facebook.com/groups/183241065047357/

untuk apa Superman pakai sayap ???

simak gambar ini..............^_* dan lakukan dimanapun dan kapan pun sampe mati.........^_*

Kamis, 14 Juni 2012

Masa Depan Pesantren




Ditulis oleh AM Fatwa (Wakil Ketua MPR RI)   
Secara historis, pesantren merupakan lembaga pendidikan yang multifungsi. Ia menjadi benteng pertahanan sekaligus pusat penyiaran (dakwah) Islam. Tidak ada data yang pasti tentang awal kehadiran pesantren di Nusantara (Ensiklopedi Islam, 2005). Baru setelah abad ke-16 diketahui bahwa terdapat ratusan pesantren yang mengajarkan kitab kuning dalam berbagai bidang ilmu agama seperti fikih, tasawuf, dan akidah.

Dalam perkembangannya, pesantren mencatat kemajuan dengan dibukanya pesantren putri dan dilaksanakannya sistem pendidikan madrasah yang mengajarkan pelajaran umum, seperti sejarah, matematika, dan ilmu bumi. Eksistensi pesantren menjadi istimewa karena ia menjadi pendidikan alternatif (penyeimbang) dari pendidikan yang dikembangkan oleh kaum kolonial (Barat) yang hanya bisa dinikmati oleh segelintir orang. Pesantren menjadi tempat berlabuh umat Islam yang tersingkir secara budaya (pendidikan) akibat perlakuan diskriminatif penjajah.

Kini perkembangan pesantren dengan sistem pendidikannya mampu menyejajarkan diri dengan pendidikan pada umumnya. Bahkan di pesantren dibuka sekolah umum (selain madrasah) sebagaimana layaknya pendidikan umum lainnya. Kedua model pendidikan (sekolah dan madrasah) sama-sama berkembang di pesantren.

Kenyataan ini menjadi aset yang luar biasa baik bagi perkembangan pendidikan pesantren maupun pendidikan nasional pada masa yang akan datang. Dari sana diharapkan tumbuh kaum intelektual yang berwawasan luas dengan landasan spiritual yang kuat.

Pesantren dan negara
Eksistensi pesantren tidak bisa dilepaskan dari peran negara. Ranah kultural yang digeluti pesantren selama ini menjadi landasan yang sangat berarti bagi eksistensi negara. Perjuangan pesantren baik secara fisik maupun secara kultural tidak bisa dihapus dari catatan sejarah negeri ini. Dan kini generasi santri tersebut mulai memasuki jabatan-jabatan publik (pemerintah) yang dulunya hanya sebatas mimpi.

Landasan kultural yang ditanamkan kuat di pesantren diharapkan menjadi guidence dalam implementasi berbagai tugas baik pada ranah sosial, ekonomi, hukum, maupun politik baik di lembaga pemerintahan maupun swasta yang konsisten, transparan, dan akuntabel. Ini penting karena pesantren merupakan kawah candradimuka bagi munculnya agent of social change. Dan negara sangat berkepentingan atas tumbuhnya generasi yang mumpuni dan berkualitas. Oleh sebab itu, kepedulian dan perhatian negara bagi perkembangan pesantren sangat diperlukan.

Kalau selama ini pesantren telah menyumbangkan seluruh dayanya untuk kepentingan warga negara (negara), maka harus ada simbiosis mutualistis antara keduanya. Sudah waktunya negara (pemerintah) memberikan perhatian serius atas kelangsungan pesantren. Kalau selama ini pesantren bisa eksis dengan swadaya, maka eksistensi tersebut akan lebih maksimal apabila didukung oleh negara. Apalagi tantangan ke depan tentu lebih berat karena dinamika sosial juga semakin kompleks. Oleh sebab itu, diperlukan revitalisasi relasi antara pesantren dan pemerintah yang selama ini berjalan apa adanya.

Selama ini sistem pendidikan nasional belum sepenuhnya ditangani secara maksimal. Beberapa departemen melaksanakan pendidikannya sendiri (kedinasan) sesuai dengan arah dan orientasi departemen masing-masing. Sejatinya pendidikan di sebuah negara berada dalam sebuah sistem terpadu sehingga menghasilkan output yang maksimal bagi kepentingan nasional, bukan hanya kepentingan sektoral.

Inilah salah satu problem yang dihadapi sistem pendidikan nasional saat ini. Terpencarnya penyelenggaraan pendidikan menyebabkan banyak masalah. Salah satunya adalah alokasi anggaran yang tidak maksimal. Selama ini pemerintah memandang pendidikan sebagai bagian Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Oleh sebab itu, seluruh anggaran pendidikan dialokasikan untuk Depdiknas. Konsekuensinya pendidikan di bawah departemen lain mendapatkan alokasi dana seadanya.

Kenyataan tersebut tentu merupakan konsekuensi dari paradigma struktural yang melihat pendidikan hanya merupakan tanggung jawab Depdiknas. Kita bisa menyaksikan kesenjangan dana yang diterima madrasah (Depag) dengan sekolah umum atau antara perguruan tinggi Islam seperti IAIN/UIN yang dibawah kendali Depag dengan perguruan tinggi umum yang langsung ditangani Depdiknas.

Menambah alokasi dana pendidikan pada Depag akan berkonsekuensi pada membengkaknya anggaran pendidikan nasional yang sampai saat ini negara belum mampu memenuhinya sesuai ketentuan konstitusi, yaitu 20 persen dari APBN. Di samping itu, secara struktural kerja pendidikan yang dilakukan beberapa departemen tidak efektif dan merupakan pemborosan anggaran negara. Oleh sebab itu, pengelolaan pendidikan di bawah satu atap (Depdiknas) akan lebih efektif dan efisien dibandingkan diserahkan pada beberapa departemen.

Begitupun pesantren dan madrasah yang selama ini eksistensinya lebih bersifat swadaya akan lebih maksimal apabila dikelola dengan pendanaan dan pembinaan yang lebih memadai. Apalagi saat ini pesantren mulai menyesuaikan diri dengan pendidikan umum dan standar pendidikan nasional, termasuk mendirikan sekolah umum. Berangkat dari realitas tersebut, dengan kesiapan dan penyesuaian yang dilakukan pesantren serta efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan, maka sudah waktunya pengelolaan pendidikan pesantren dimasukkan di bawah Depdiknas.

Pesantren masa depan
Eksistensi pesantren di tengah pergulatan modernitas saat ini tetap signifikan. Pesantren yang secara historis mampu memerankan dirinya sebagai benteng pertahanan dari penjajahan, kini seharusnya dapat memerankan diri sebagai benteng pertahanan dari imperialisme budaya yang begitu kuat menghegemoni kehidupan masyarakat, khususnya di perkotaan. Pesantren tetap menjadi pelabuhan bagi generasi muda agar tidak terseret dalam arus modernisme yang menjebaknya dalam kehampaan spiritual.

Keberadaan pesantren sampai saat ini membuktikan keberhasilannya menjawab tantangan zaman. Namun akselerasi modernitas yang begitu cepat menuntut pesantren untuk tanggap secara cepat pula, sehingga eksistensinya tetap relevan dan signifikan. Masa depan pesantren ditentukan oleh sejauhmana pesantren menformulasikan dirinya menjadi pesantren yang mampu menjawab tuntutan masa depan tanpa kehilangan jati dirinya.

Langkah ke arah tersebut tampaknya telah dilakukan pesantren melalui sikap akomodatifnya terhadap perkembangan teknologi modern dengan tetap menjadikan kajian agama sebagai rujukan segalanya. Kemampuan adaptatif pesantren atas perkembangan zaman justru memperkuat eksistensinya sekaligus menunjukkan keunggulannya. Keunggulan tersebut terletak pada kemampuan pesantren menggabungkan kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual. 

Dari pesantren sejatinya lahir manusia paripurna yang membawa masyarakat (negara) ini mampu menapaki modernitas tanpa kehilangan akar spiritualitasnya. Inilah pesantren masa depan.

Republika, Sabtu, 26 Mei 2007

ASRAMA PUTRI PESANTREN AL MAKMUR TUNGKAR DIRESMIKAN

ASRAMA PUTRI PESANTREN AL MAKMUR TUNGKAR DIRESMIKAN
Senin, 7 Mei 2012
Situjuh,_PAB—Sudah sejak lama Buya Yarman Nur bercita-cita untuk membangun sebuah lembaga pendidikan di kampungnya. Walau sudah memiliki tanah yang cukup luas di Nagari Tungkar Kecamatan Situjuh Kabupaten Lima Puluh Kota, namun ia belum memiliki modal untuk mendirikan bangunan.

Berkat kerjasama dan semangat gotong royong masyarakat setempat, pada tanggal 22 Mei 1992 yang bertepatan dengan 22 Dzulqaidah 1413 H berdirilah Pondok Pesantren Al Makmur Tungkar di atas tanah wakaf. Kerjasama dan semangat gotong royong itulah akhirnya hanya dalam tempo dua bulan sudah selesai dibangun dua unit lokal, yang merupakan cikal bakal berdirinya Pesantren tersebut.

Kemudian satu persatu berbagai fasilitas yang dibutuhkan pesantren telah dilengkapi. Namun masih banyak keinginan dan cita-cita sang buya yang belum tercapai, salah satunya membangun asrama putra dan putri bagi para santrinya. Sayang Buya Yarman Nur sudah tiada, sejak tahun 2008 lalu Pesantren Al makmur dipimpin oleh Syarul Isman, S.Ag yang merupakan alumni pertama pesantren tersebut.

Kini di tahun 2012, salah satu harapan buya itu telah terwujud, sebuah bangunan asrama putri telah berdiri megah berkat bantuan dari Kementerian Agama Republik Indonesia senilai Rp.120 juta. Walau asrama tersebut baru hanya mampu menampung sebanyak 32 orang santri, namun ini sudah merupakan kemajuan yang cukup pesat. Sebab setelah dibantu oleh Kementerian Agama, kemudian juga datang bantuan dengan nilai yang sama dari para perantau, ditambah lagi bantuan Pemda Lima Puluh Kota senilai Rp.50 juta. “Jika buya masih hidup tentu ia sangat gembira dengan berdirinya asrama putri ini, apalagi yang datang meresmikannya adalah Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera barat sendiri,” ujar Ketua Yayasan Pesantren Al Makmur Syarul Isman, dalam rangkaian acara peresmian tersebut, Jum’at (9/3) di Aula Pesantren Al Makmur Tungkar.

Menurut Syarul yang bertugas di bagian Kesra Pemda setempat itu, bantuan dari Kemenag RI cair pada tanggal 21 Oktober 2011, kemudian tanggal 25 Oktober langsung dikerjakan pembangunan dengan cara swakelola. Bahu membahu bersama wali murid, masyarakat, pihak yayasan mereka mengerjakan bangunan seluas 13,5 × 7 meter tersebut.

Berkat bantuan dari perantau dan ditambah dari Pemda tersebut akhirnya tidak hanya asrama putri yang dapat diselesaikan, tetapi juga bisa untuk memperbaiki dapur, wc, dan kamar mandi. “Karena masih ada sisa dan tambahan bantuan kami gunakan untuk perbaikan kantor,” ujarnya. Sebagai sebuah lembaga pendidikan, Pondok Pesantren Al Makmur Tungkar juga mengembangkan pendidikan berkarakter yang tengah menjadi sorotan saat ini. Dengan metode Pesantren Khalafiah, para santri belajar sesuai dengan kurikulum madrasah, kemudian malam harinya belajar kitab kuning, baik bidang studi nahu, sharaf, fiqh, tafsir dan yang lainnya. Untuk menarik minat masyarakat agar bersekolah di Pesantren Al Makmur, pihak pesantren mencoba mengembangkan berbagai kegiatan ekstra bagi para santri, seperti melengkapi alat-alat musik.

Menurutnya selagi kegiatan tersebut tidak melanggar etika dan ketentuan-ketentuan agama, pihak pesantren tidak melarangnya. Al Makmur saat ini memiliki 30 orang guru, 5 di antaranya berstatus PNS, serta beberapa orang sudah ternasuk database.

Sementara itu Kakanwil Kemenag Sumbar, Drs. H. Ismail Usman didamping Kabid Pekapontren, Drs. H. Haryadi. Z, MA mengatakan Pesantren Al Makmur Tungkar sudah mampu memaksimalkan penggunaan dana bantuan yang telah diberikan. “Jika bantuan dikelola secara baik dan benar, insya Allah Kementerian Agama akan terus mengusahakan untuk memberikan bantuan-bantuan yang lain.

Semoga asrama putri ini bisa bermanfaat bagi para santri kita, kemudian jaga dan rawatlah bangunannya agar dapat bertahan lama. Tetapi jangan lupa segera memberikan laporan pertanggungjawabannya dilengkapi dengan bukti-bukti kwitansi,” ulasnya.

Hal senada juga disampaikan Camat Situjuh Fitria Fala, S.AP,M.Si, dengan dilengkapinya berbagai fasilitas pesantren diharapkan Al Makmur Tungkar menjadi Pesantren favorit, mampu menambah minat belajar para santri tentunya tetap membangun kerjasama dengan stake holder yang ada dan pembinaan dan Kementerian Agama. (Alfajri)

Sumber :
 http://sumbar.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=90548

Selasa, 12 Juni 2012

Berfikir tentang serangga




Eramuslim.com | Media Islam Rujukan,

Banyak hal yang dapat dipikirkan oleh seseorang yang menghabiskan harinya dalam rumah. Ketika sedang membersihkan rumah, ia menjumpai seekor laba-laba yang merajut sarangnya di sebuah sudut rumah tersebut. Jika ia menyadari keharusan untuk memikirkan binatang yang seringkali tidak dihiraukan orang ini, ia akan mengerti bahwa pintu pengetahuan telah dibuka untuknya. Serangga kecil yang sedang disaksikannya adalah sebuah keajaiban. Sarang laba-laba tersebut memiliki bentuk simetri yang sempurna. Ia pun kagum terhadap seekor laba-laba yang mungil tetapi memiliki kemampuan dalam membuat sebuah disain sempurna yang sedemikian menakjubkan.

 

Setelah itu ia membuat sebuah pengamatan singkat hingga mendapatkan beberapa fakta lain: serat yang digunakan laba-laba ternyata 30% lebih fleksibel dari serat karet dengan ketebalan yang sama. Serat yang diproduksi oleh laba-laba ini memiliki mutu yang demikian tinggi sehingga ditiru oleh manusia dalam pembuatan jaket anti peluru. Sungguh luar biasa, sarang laba-laba yang dianggap sederhana oleh kebanyakan manusia, ternyata terbuat dari bahan yang mutunya setara dengan bahan industri paling ideal di dunia. Ketika menyaksikan disain yang sempurna pada makhluk hidup di sekitarnya, manusia terus menerus berpikir hingga kemudian mendorongnya untuk menemukan lebih banyak fakta-fakta yang menakjubkan.

 

Ketika mengamati sebuah lalat yang setiap saat dijumpainya namun belum pernah diperhatikannya atau bahkan merasa sangat terganggu dan ingin sekali membunuhnya, ia melihat bahwa serangga tersebut memiliki kebiasaan membersihkan diri sampai bagian-bagian yang terkecil dari tubuhnya sekalipun. Lalat tersebut seringkali hinggap di suatu tempat lalu membersihkan tangan dan kakinya secara terpisah. Setelah itu lalat ini membersihkan debu yang menempel pada sayap dan kepalanya dengan menggunakan tangan dan kakinya secara menyeluruh. Lalat ini terus saja melakukan yang demikian sampai yakin akan kebersihannya.

 

Semua lalat dan serangga membersihkan tubuh mereka dengan cara yang sama: dengan penuh perhatian dan ketelitian sampai ke hal-hal yang kecil sekalipun. Ini menunjukkan adanya satu-satunya Pencipta yang mengajarkan kepada mereka cara membersihkan diri mereka sendiri. Ketika terbang, lalat mengepakkan sayapnya kurang lebih 500 kali setiap detik. Padahal tak satupun mesin buatan manusia yang mampu memiliki kecepatan yang luar biasa ini.

 

Kalaulah ada, mesin itu akan hancur dan terbakar akibat gaya gesek. Namun sayap, otot ataupun persendian lalat ini tidak mengalami kerusakan. Lalat dapat terbang ke arah manapun tanpa terpengaruh oleh arah dan kecepatan angin. Dengan teknologi yang paling mutakhir sekalipun, manusia masih belum mampu membuat mesin yang memiliki spesifikasi dan teknik terbang yang luar biasa sebagaimana lalat. Begitulah, makhluk hidup yang cenderung diremehkan dan tidak terlalu mendapat perhatian manusia, dapat melakukan pekerjaan yang tak mampu dilakukan manusia.

 

Tidak diragukan lagi, tidaklah mungkin mengklaim bahwa seekor lalat melakukan ini semua semata-mata karena kemampuan dan kecerdasan yang ia miliki. Semua karakteristik istimewa dari lalat adalah kemampuan yang Allah berikan kepadanya Segala sesuatu yang terlihat sepintas oleh manusia ternyata di dalamnya terdapat kehidupan, baik yang terlihat ataupun tidak. Tak satu sentimeter persegi pun di bumi ini yang di dalamnya tidak terkandung kehidupan.

 

Manusia, tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan adalah makhluk yang mampu dilihat oleh manusia. Namun, masih ada makhluk-makhluk lain yang tidak terlihat oleh manusia akan tetapi manusia sadar akan keberadaannya. Misalnya rumah yang ia diami yang penuh dengan makhluk-makhluk mikroskopis yang disebut “tungau”. Demikian pula halnya dengan udara yang ia hirup, di dalamnya mengandung virus yang tak terhingga banyaknya, atau tanah kebunnya yang mengandung bakteri yang sangat banyak.

 

Seseorang yang merenung tentang keanekaragaman yang luar biasa dari kehidupan di bumi, akan mengetahui kesempurnaan makhluk-makhluk ini. Tiap makhluk yang ia lihat adalah tanda-tanda keagungan karya seni ciptaan Allah, demikian pula halnya dengan keajaiban luar biasa yang tersembunyi dalam makhluk-makhluk mikroskopis tersebut.

 

Virus, bakteri ataupun tungau yang tidak terlihat oleh mata telanjang memiliki mekanisme tubuh yang unik. Habitat, cara makan, sistem reproduksi dan pertahanan mereka semuanya diciptakan oleh Allah. Seseorang yang memikirkan secara mendalam tentang fenomena ini teringat ayat Allah:

 

Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezkinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”(QS. Al-Ankabuut,29:60) 

Guru-Guru Pondok Pesantren Almakmur Tungkar

































SUMBANG NAN DUO BALEH (12)

Ketahuilah nak, kok indak dek buku tiok rueh, indak sambilu malampisi, haram baguno buluah bambu, mako baitu juo parampuan, nan manjadi rueh jo buku di dirinyo indak lah lain indak lah bukan sapado dari budi, sadangkan sambilunyo adolah malu. Parampuan indak babudi ibarat bambu indak ba rueh, alun tasingguang nyo lah ratak, baru tagisia nyo lah pacah, parampuan tak punyo malu bak buluah ilang sambilu, bangun lamah tanago rapuah, hilang kepribadian, pupuih sumangek jati diri, tanpa power tanpa wibawa. Mangko kok budi lungga indak ba pasak, malu tipih mangulik dasun, cayia lah martabat parampuan, abih tuah binaso diri. Dek sabab karano itu nak, supayo iduik taguah ba rueh, nak nyo ba tuah ba sambilu, jauahi pantang cilakonyo, sumbang duo baleh rang namokan. Itulah timbangan akhlak, standar moral ukuran nilai, sapanjang adat sopan santun.
Adopun nan dimukasuik jo kato sumbang, iyolah suatu laku perbuatan, nan buruak tacacek tarcalo, tapi alun sampai kapado salah. Kato padanan dari sumbang yaitu jangga, senjang ataupun sonsang. Atau istilah populer masa kini “kurang etis”, bandel, norak jo urakan, kalau bahaso di pasaran, kurang aja indak baradaik, bak baruak harago tigo tali, mantiko… ha, ado sambuangannyo di ujuangnyo tu ah…na’udzubillah..
Nah… cubo ayah bilang ayah papakan :
Sumbang duduak. Duduak sopan bagi padusi iyolah basimpuah, bukan baselo cando laki-laki, nan paliang tacacek bana kalau mancanngkuang jo mancongkong sabalah lutuik batagakkan bak gaek duduak di lapau. Kok duduak di bangku di kurisi, rapekkan paho arek2, manyampiang agak salayang, nyampang mamakai rok singkek, usahlah kaki ditindiahkan, nak jan tasimbah nampak sajo. Baitupun duduak di honda, dibonceang atau mambonceang, ijan mangangkang abih2, manjajok dipandang urang. Itu sumbang duduak.
Sumbang tagak. Usah panagak tantang pintu atau di janjang turun naiak, usah panagak tapi labuah kalau tak ado nan dinanti, sumbang tagak jo laki-laki, apolai bukan jo muhrim, konon pulo ba rundiang-rundiang.
Sumbang jalan. Bajalan musti ba kawan, paliang kurang jo paja ketek, kalau padusi bajalan surang, saibarat alang-alang lapeh, jatuah merek turun harago, randah pandangan laki-laki. Usah bajalan ba gageh-gageh, malasau mandongkak-dongkak, co ayam gadih ka batalua, usah… tapi bajalanlah siganjua lalai, pado tampuah suruik nan labiah, alu tataruang patah tigo, samuik tapijak indak mati, aratinyo lamah lambuik, gemulai tapi tegas, kok bajalan ba samo gadang, jan babanja ma ampang labuah, agak’i urang di bulakang, kok bajalan jo urang tuo atau jo urang laki-laki, awak ma iriang di bulakang, baitulah adat ka dipakai.
Sumbang kato. Bakatolah jo lunak lambuik, duduak kan etongan ciek-ciek, nak paham urang mukasuiknyo, sumbang bana dek parampuan barundiang co murai batu bak aia sarasah tajun rumik lah urang mamiliahi, kalau rang tuo sadang mangecek, pantang mamotong bicaronyo, nantikan dulu sudah2, baru dijawab patuik dijawab, didakek urang sadang makan usah mangecek nan kumuah2, pai manjanguak urang sakik usah carito urang mati, kurang baiak kurang tapuji manunggu utang di nan rami, baitu ajaran sopan santun.
Sumbang caliak. Kurang taratik rang padusi kok pamana pancaliak jauah, pamadok arah ka bulakang, pamatuik-matuik diri surang, sumbang. Nyampang awak pai ba tandang, pajinak stek incek mato tu jan manjala sapanuah ruang, sabantuak urang manyalidiak, kok awak manjadi tuan rumah, usah pancaliak ka jam tangan, tasingguang urang sadang duduak, itu ma usia caro aluih, mangecek jo laki-laki, bia dunsanak atau famili usah pamadok tanang2, manantang bola matonyo, indak buliah… tapi buanglah pandang ka nan lain, manakua caliak ka bawah.
Sumbang makan. Sumbang makan sambia badiri kunyah kenyoh sapanjang jalan, manguyah tutuikkan muluik, jan tadanga capak dek urang, sabab nan makan mancapak-capak, bangso si lupak jo si samuik, kuranglah sopan jo taratik, kalau mahota sambia makan caro si bule dalam pilem. Kok awak makan jo tangan, angkek nasi jo ujuang tangan, suok nan usah gadang2. manambuahkan nasi agak2, bia acok asakan saketek, jan sampai piriang balanjuang, biasokan mancuci tangan, manuangkan aia dalam piriang, jo kida manjambo galeh, minum sataguak taguak ketek, tahan sandao jan nyo lapeh. Nyampang awak makan basendok, jan balago sendok jo garpu, badariang kanai di gigi, dima salasai makan beko, tungkuikkan sendok jo garapu, kalau lataknyo tatilantang tandonyo makan alun kanyang ataupun kurang samalero, tasingguang urang punyo alek. Nah… paratikan bana tu nak kanduang… jan randah pandangan urang.
Sumbang pakai. Babaju jan sampik2, nak jan nampak rasio tubuah, dima bukik dima lurahnyo, dima taluak tanjuang baliku jadi tontonan laki-laki, usah pulo talampau jarang, nan tipih nan tabuak pandang, konon tasimbah ateh bawah, usah… Satantang mode jo potongan, sasuaikanlah jo bantuak badan, sarasikan jo ragi kain, buliah sajuak pandangan mato. Dek kau ayah nan manurun, kulik nan karak-karak anguih, mako warno piliah nan agak amba, krem jadih, pucuak pun buliah, birunyo nan talua asin, putiahnyo nan abu-abu, usah dipakai baju sirah piak, dendeng balado kecek urang, badoso umaik karano awak. Katampek urang kamatian pakai nan polos warno galok, usah mamakai baju pontong nan ponggeang nampak katiak, usah pulo babukak tenda mamakai gencu taba2, kurang etis baso kininyo.
Sumbang karajo. Kakok karajo rang padusi sabateh nan ringan2, nan mudah2, nan aluih2, manjaik jo manarawang, kadapua masak mamasak manyusun paraboik rumah, kok ka sawah batanam jo basiang, manyabik atau ma angin, tapi jan mabajak jo mairiak, baitupun karajo parak, sakadar marambah manyisiak-nyisiak, mangulik manabang pisang, jangga bana dek rang padusi kalau mamanjek bagayuik-gayuik manabang mangabuang kayu. Baitupun mamiliah profesi, nan paliang cocok jadi guru, bidan elok salonpun buliah, jadi perawat rancak juo, dikasir bidangnyo bana, tapi paralu ekstra hati-hati nak, kalau manjadi sekretaris, jadi gaet ataupun artis, konon lai pulo pramugari, gawat piak… gawat. Nah.. buliah manyupir tapi usah manjadi supir.
Sumbang tanyo. Ado papatah mangatokan, barundiang sasudah makan, batanyo salapeh arak, aratinyo kok urang tibo batandang sambuiklah baramah tamah, jo hormat silahkan duduak, sasudah itu latakkan aia suruah minum, salasai minum agak sataguak, raso lah cukuik istirahat, baru tanyokan mukasuiknyo, apo sangajo kadatangan, caro tata krama moderennyo “apa yang bisa saya bantu”, mako.. kasa lah bana budi awak, alun ta acah ikuanyo duduak, sambia tagak lalu batanyo, a tujuan datang kamari, indak buliah tu nak.. indak buliah.. buruak angkuah namonyo awak. Salain nan dari pado itu, kok tamu awak sadang makan, sumbanglah bana manayokan “bara harago bareh kini” indak buliah tu, itu pantangan urang minangkabau tu, ciek lai, kalau bajalan dalam hutan, usah batanyo isi rimbo, ula harimau jo biruang, indak buliah, kok masuak ka kampuang banyak upeh, pantang batanyo ka urang lapau, lai mamak manjua sabuak, atau mamintak tambah gulo stek mak, jan mati gadih kau dibueknyo piak, indak buliah tu.
Sumbang jawab. Kalau ado urang batanyo, elok2 mambari jawab, jan sampai urang tasingguang, umpamo adolah urang ka babalanjo batanyo ka tukang kain, tukang kain ko anak gadih ko, a katonyo “bisa tigo ribu sameter piak ?” dijawab dek urang kadai “ampek ribu awak tarimo pak, baok kamari bara ado”, tibo pulo tanyo nan lain “luntur ndak diak ?”, sambia malengah nyo manjawab “pai batanyo ka pabrik pak, kami nan tau manjua an ko’, itu jawab sengkang namonyo tu nak, buruk muncuang dilayan urang, cilako gadih mudo matah, jauah jodoh tinggi rasaki, alamaik sansaro iduik awak, indak buliah..
Sataruihnyo sumbang bagaua. Indak buliah bagaua jo laki-laki kalau awak sajo padusi surang mancampua bakeh nan banyak, sumbang bagaua samo gadang kalau bakumpua-kumpua lalok batandang ka rumah urang kecuali ado keperluan, dek awak tu anak gadih, sumbang bagaua jo paja ketek, sato manyuruak ba kuciang-kuciang basimbang main kalereang balari bakaja-kaja, atau awak masih pacaran bagaua lah sarupo laki bini, ilia mudiak indak lakek lakang, sarupo jawi jo lapiak buruak, sumbang tu…
Iko sumbang nan pangabisan, namonyo sumbang kurenah. Adopun nan dimukasuik jo kurenah, iyolah galagat pambaoan, sipaik tabiat jo parangai karakter kecek rang kini sikap mental caro moderen. Kurang etis kurang lah patuik kalau babisiak baduo-duo sadangkan awak sadang batigo, kurang lamak kurang lah elok malucu mambuek garah mahota bakarikik an dalam manjanguak batakziah, indak buliah galak mancaliak urang jatuah, indak buliah manutuik iduang di tangah urang rami, atau kuok mangango laweh2, tamasuak juo sumbang kurenah, mangakok jo tangan kida, saumpamo manjambo jo manampuang, manunjuak manyetop oto, malambai-lambai dari jauah, kecuali manjambo galeh sadang makan. Indak pandai manenggang raso sumbang juo tu namonyo, mako dari itu, kok awak mambali durian, kuliknyo usah dikaka nak, jan serakkan bijo di laman, pikia kan urang di subalah, luko kaki lukolah iduang luko di batin nan manyeso, badantiang tali silaturrahim…
Nah… itulah inyo sumbang duo baleh piak… susunan cati bilang pandai buah ranungan candokio ayah nan utang manyampaikan, kok lai tapakai ta amakan, mulialah diri dalam kampuang, tapuji di masyarakaik, kami lah sato jo tuahnyo, tapi nyampang lalu indaknyo singgah, inggok nan haram tampek bakeh, bak aia jatuah ka pasia, mako malanglah badan diri ayah, nasihat tabuang buruak sajo....

(diambil dan ditulis ulang dari kaset “Pitaruah Ayah untuk Remaja Putri” surahan Angku Yus Dt. Parpatiah